Kriteria Penyakit yang Merasuki Umat Manusia Melebihi Corona

Kriteria Penyakit yang Merasuki Umat Manusia Melebihi Corona

Syahadat.id - Ibarat sebuah badan manusia yang lengkap fisiknya, kemudian tak dirawat maka lama kelamaan akan terkena penyakit yang akan menggerogoti dirinya. Begitu juga jiwa manusia bila tak pernah diisi dengan petuah bijaksana maka akan rapuh, terasa gersang dan tak mampu memberi inspirasi dirinya dan orang lain.

Imam Qusyairi dalam Risalahnya mengutip perkataan seorang Ulama’ yang bernama Abu Ali ar-Rubadzabari: Ada tiga penyakit yang telah menjangkiti diri manusia, yaitu:

Pertama, penyakit yang telah merasuki tabiat atau watak manusia yaitu memakan makanan yang dilarang atau haram. Untuk mendapatkan sesuatu misalnya uang, seseorang sudah tak pernah berfikir cara untuk mendapatkannya sesuai tuntunan atau tidak. ilmu fikih dianggap basi padahal itu sebagai kunci dalam meraih keuntungan duniawi dan ukhrawi. Realita ini seperti dalam sebuah Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, Nabi bersabda:”Akan datang kepada manusia suatu masa, seseorang sudah tak memperdulikan apa yang dapatkan dari sesuatu yang halal maupun haram. (HR. Bukhari)

Dari penjelasan ini, penting kiranya seseorang menjadikan syariat sebagai acuan dalam hidupnya bukan hawa nafsunya karena akan membawa keberuntungan di dunia dan akhirat serta akan selamat dari dari berbagai macam godaan.

Kedua, terjangkit  kebiasaan yang buruk yaitu memandang atau mendengar hal-hal yang dilarang maupun ghibah. Islam melarang umatnya untuk tidak melakukan perbuatan ghibah  bahkan diumpamakan seperti orang yang memakan daging saudaranya sendiri. Secara definisi ghibah adalah menyebut kejelekan orang lain yang ia tidak sukai baik dari segi fisiknya, agamanya, dunianya, prilakunya, harta bendanya, anak-anaknya, orangtuanya, pembantunya dan hal-hal lainnya.

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar memaparkan tentang kategori yang termasuk kedalam ghibah tidak hanya dari segi ucapan saja tetapi bisa lewat tulisan atau isyarat melalui tangan atau menggunakan kepala.

Ketiga, rusaknya sebuah hubungan yang baik yaitu selalu mengikuti keinginan hawa nafsu. Masyarakat selalu berharap suasana disekelilingnya aman, tentram, kondusif serta dijauhkan dari konflik horizontal akibat gesekan, maupun percikan api perbedaan sikap, pilihan maupun beda karena kepentingan kelompoknya masing-masing. Seringkali konflik muncul dari hal-hal kecil yang berubah menjadi permusuhan bertahun-tahun bahkan ratusan tahun.


Fenomena akihir-akhir ini, banyak teman yang berubah menjadi lawan, saudara seperti musuh yang berbahaya, bahkan musuh yang sering membuat rusuh dijadikan seorang pengasuh. Memang dunia ini sudah terbalik.

Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa penyebab konflik horizontal dipicu oleh hal-hal-hal ini. Pertama, karena masyarakat memiliki sifat kikir, bakhil terhadap yang ia miliki baik ilmu, harta. Sikap kikir ini menghilangkan kepekaan sosial kepada lingkungan sekitar terutama orang yang membutuhkan. Ketika hubungan orang kaya dan yang kurang biaya sudah tidak harmonis maka tinggal menunggu kehancurannya. Kedua. Selalu mengikuti hawa nafsunya padahal nafsu selalu mengajak hal-hal negatif. Bila prilaku seseorang berlandaskan hawa nafsu maka bisa dipastikan dirinya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan kerugian yang ditimbulkannya terutama kepada orang lain. Ketiga. Terlalu bangga kepada dirinya sendiri terutama dalam harta, tahta, ilmu pengetahuan yang ia miliki. Prilaku ini sangat berbahaya karena ia akan menjadi orang yang sombong padahal orang sekelilingnya masih banyak yang lebih hebat darinya

Maka dari itu ketiga hal yang telah dijelaskan diatas harus dijauhi agar hidup manusia semakin tenteram dan semakin mendapatkan ketenangan.