Nasehat Imam Al-Ghazali: Cara Mendapatkan Kedudukan yang Mulia di Hadapan Allah

  

Nasehat Imam Al-Ghazali: Cara Mendapatkan Kedudukan yang Mulia di Hadapan Allah  

Syahadat.id - Manusia diciptakan ke dunia ini tidak lain untuk mengabdi atau menyembah kepada Dzat yang menciptakannya. Tujuan dari ibadah adalah untuk mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.

Agar manusia mendapatkan kedudukan mulia dihadapan Allah maka ada dua cara yang harus dipenuhi. Ini sesuai pernyataan Imam Al-Ghazali dalam kitab Jawahir al-Qur’an

فعمدة الطريق أمران: الملازمة، والمخالفة؛ الملازمة لذكر الله تعالى، والمخالفة لما يشغل
عن الله

Tiang penopang menuju keberuntungan ada dua. Pertama, Selalu melakukan secara terus-menerus (al-Mulazamah). mengingat (dzikir) kepada Allah. Kedua, Selalu mencegah hal-hal yang melupakan kepada Allah.

Maksud dzikir diatas tidak terbatas pada bacaan semata namun cakupannya sangat luas seperti melaksanakan segala kewajiban seperti shalat, puasa dan lainnya juga termasuk kedalam kategori dzikir. Begitu juga menjauhkan diri dari segala yang dilarang terutama yang berasal dari pengaruh hawa nafsu maupun perangkap syaitan merupakan kunci mendapatkan keberuntungan dan keridhaan dari Allah SWT.

Baca juga:


Dari penjelasan diatas, kedua cara ini bisa dilakukan bila mengerti akan ilmunya, terutama ilmu fikih yang membahas hukum halal dan haram sehingga langkahnya tertata serta tak mudah mengikuti hawa nafsu yang selalu mengajak kepada hal yang negatif.

Syeh Zarnuji pengarang kitab Ta’lim al-Muta’allim pernah menjelaskan pentingnya mengetahui ilmu fikih, yaitu:

تَفَقَّهْ فَاِنَّ الْفِقْهَ اَفْضَلُ قَائِدٍ ÷ اِلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَاَعْدَلُ قَاصِدِ

Belajarlah ilmu fikih dikarenakan sebaik-baiknya petunjuk dalam hal kebaikan dan ketakwaan serta sebagai penuntun menuju keadilan.

Kesimpulannya adalah orang yang ingin mendapatkan keberuntungan maka harus mengetahui hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan.

 

Dua Kategori Nikmat Agama


Salah satu doa yang sering dibaca oleh orang Muslim adalah meminta agar diberi keselamatan dalam urusan Agama. Kenapa demikian, karena Agama sebagai penuntun bagi kehidupan manusia dalam mengajarkan kebaikan, sayangnya minimnya pengetahuan ilmu Agama menjadikan seseorang menjadi fanatik buta terhadap ajarannya.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin menjelaskan bahwa Nikmat dalam urusan Agama ada dua kategori, yaitu:

Pertama. Nikmat berupa taufik (نعمة التوفيق). Allah telah memberikan pertolongan kepada seseorang berupa Nikmat yang besar yaitu Islam, kemudian ia menyempurnakan ajaran Agama dengan mengikuti Sunnah Nabi, dan terakhir mengaplikasikan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah dan Rasulnya.

Kedua. Nikmat berupa perlindungan (نعمة العصمة). Allah melindungi seseorang dari segala bentuk kekufuran dan kemusrikan, kemudian Allah menjaga seseorang dari segala macam kesesatan dan kemaksiatan.

Bila seorang hamba telah diberikan nikmat pertolongan dalam beramal dan juga perlindungan dari-Nya maka ia diberikan nikmat yang sempurna dalam urusan Agamanya, maka dari itu, banyak orang yang diberikan pertolongan untuk beramal tapi ia lupa penyakit yang menggerogoti amalannya sehingga tak ada pahala dan faedahnya disebabkan merasa paling baik dalam ibadahnya tanpa didasari ilmu yang menuntunnya.

 

Moh Afif Sholeh

Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ