4 Golongan yang Menjaga Dunia dari Kehancuran

4 Golongan yang Menjaga Dunia dari Kehancuran


Syahadat.id - Kenikmatan dunia ini akan terasa tambah nikmat bila seseorang memiliki ilmu pengetahuan yang mampu dimanfaatkan diri sendiri dan dan orang lain serta memiliki kecukupan urusan dunia, tahta, wanita dan toyota. 

Namun realita di masyarakat kita, banyak orang berpendidikan dan berpengetahuan namun diberikan kekurangan dalam urusan harta benda. Sebaliknya, banyak orang yang diberikan kekayaan namun tak memiliki banyak pengetahuan bahkan tak berpendidikan. 

Hal ini merupakan keadilan Allah agar saling melengkapi dan mengisi sehingga tercipta keharmonisan bersama.

Dewasa ini, masyarakat lebih menghormati orang yang kaya harta daripada orang yang kaya ilmu. Materi merupakan penentu keberhasilan seseorang, mereka menganggap bahwa dengan fulus semua urusan menjadi mulus, dengan duit hilanglah hal rumit, dengan uang bisa bikin orang tercengang. 


Baca juga:


Akhirnya banyak orang yang menghalalkan segala cara, malam jadi siang, siang menjadi malam, teman menjadi musuh, musuh menjadi kawan, itu semua untuk mengejar urusan dunia yang akan cepat berlalu.

Imam ar-Razi dalam tafsirnya yang berjudul Mafatih al-Ghaib mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib kepada Jabir bin Abdillah al-Anshari,


قوام الدنيا بأربعة بعالم يعمل بعلمه ، وجاهل لا يستنكف من تعلمه ، وغني لا يبخل بماله ، وفقير لا يبيع آخرته بدنياه

Dunia ini akan selalu kokoh selagi masih ada empat golongan ini. Pertama, selagi orang alim, ulama’ masih mengamalkan ilmunya. Kedua, orang yang tak tahu masih mau belajar. Ketiga, orang kaya yang tak pelit akan hartanya. Keempat, orang kekurangan (fakir) yang tak menjual akhiratnya dengan urusan dunia.

Dari sini, keempat golongan ini memiliki peran yang besar sekali, terutama ulama’ yang mampu mengamalkan ilmunya bukan hanya pintar beretorika saja membawa pengaruh besar dimasyarakat karena sebagai pelita yang menyinari sekitar juga selalu membimbing ibadah dan spiritual jama’ahnya. 

Bila seorang ulama’ tak mampu mengamalkan ilmunya maka diibaratkan seperti lilin yang mampu menyinari orang lain tetapi dirinya binasa. Begitu juga orang awam selagi masih mau belajar, bertanya akan persoalan yang ia hadapi maka akan ada solusi yang didapatkan sehingga hidupnya tambah terarah. 

Hubungan ulama’ dan jamaahnya sangat erat tak bisa dilepaskan satu dan yang lainnya, orang awam membutuhkan petunjuk ulama’ begitu juga ilmu ulama’ akan banyak manfaatnya jika ia memiliki jama’ah atau santri, murid.

Masyarakat akan nyaman dan tenteram bila ada solidaritas yang tinggi antara si kaya harta yang mau memberikan sebagian hartanya untuk membantu orang yang kekurangan, begitu juga orang yang serba kekurangan memiliki kekuatan doa. 

Sayangnya, saat ini banyak ketimpangan antara keduanya, berapa banyak orang yang memiliki apartemen dikota metropolitan tetapi sekitarnya masih ada yang tidur dikolong jembatan, banyak orang kaya tetapi masih banyak tetangganya yang kurang biaya, berapa banyak orang yang memiliki harta milyaran tetapi sekitarnya masih ada yang merintih kelaparan, betapa banyak orang yang memakai gelang seratus gram tetapi prilakunya sering bikin geram. 

Maka dari itu, pentingnyanya memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga terbangun solidaritas yang tak membedakan kalangan bawah dan kalangan atas.

Oleh: Moh Afif Sholeh