Tafsir Surat Al Ashr: Kategori Orang Beruntung

 

Tafsir Surat Al Ashr: Kategori Orang Beruntung

Red. Moh Afif Sholeh, M.Ag

Syahadat.id - Allah menciptakan manusia sebagai sosok yang mampu menyikapi segala macam perubahan, mulai waktu dan tempat. Ia dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya.


Dengan akal pikirannya, ia mampu belajar dari proses kehidupan. Wujudnya berawal dari ketiadaan, kemudian ada wujudnya dan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Maka beruntung orang yang mampu menggunakan waktunya dengan mengisi segala macam kebaikan untuk dirinya dan orang lain, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.


Allah menyebutkan empat kategori orang yang 

beruntung. Hal ini sesuai dalam Surat Al-Asr yang berbunyi:


وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Asr:1-3)


Menurut Imam al-Qurthubi dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa Allah bersumpah dengan waktu karena di dalamnya mengingatkan kepada manusia akan adanya perubahan dalam segala keadaan, hal ini sebagai petunjuk akan adanya Dzat yang mencipta.


Kata “العصر” mempunyai beberapa pengertian. Pertama, berarti masa, hal ini sesuai pendapat Ibnu Abbas. Kedua, shalat Ashar atau yang dikenal dengan Shalat Wustha, hal ini seperti pendapat Imam Muqatil. Surat ini sangat penting bagi semua orang, bahkan Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin mengutip perkataan Imam As-Syafi’i.


ﻗﺎﻝ اﻹﻣﺎﻡ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻛﻼﻣﺎ ﻣﻌﻨﺎﻩ: ﺇﻥ اﻟﻨﺎﺱ ﺃﻭﺃﻛﺜﺮﻫﻢ ﻓﻲ ﻏﻔﻠﺔ ﻋﻦ ﺗﺪﺑﺮ ﻫﺬﻩ اﻟﺴﻮﺭﺓ


Imam As-Syafi’i berkata: ” sesungguhnya kebanyakan manusia terlena tak memahami isi Surat Al-Ashr ini.”


Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa manusia mengalami kerugian dalam hidupnya kecuali orang yang beriman dengan keyakinan dalam hati, juga berbuat kebaikan dengan seluruh anggota badannya, serta selalu berwasiat untuk melakukan kewajiban juga menjauhi segala larangan.
Sedangkan menurut Imam At-Tabari dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa orang yang beruntung mempunyai empat ciri-ciri:


Pertama, Orang yang membenarkan adanya Allah serta mengesakan-Nya dan ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya.


Kedua, Orang yang berbuat kebaikan dengan menjalankan kewajiban beserta menjauhi larangan-Nya.


Ketiga, Orang yang saling berwasiat Kepada Orang lain dengan mengamalkan isi al-Qur’an dan juga menjauhi larangannya.


Keempat, Orang yang saling berwasiat akan pentingnya kesabaran dalam menjalankan ketaatan Kepada Allah.


Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa orang yang beruntung adalah yang mempunyai keempat ciri-ciri diatas.