Jangan Mudah Menyimpulkan Perasaan Orang Lain

 

rasa
Perasaan 

Syahadat.id - Seekor serigala jantan sedang merenung dibawah pantulan sinar bulan. Ia adalah Max, sejak kecil ia selalu berusaha dan tidak mudah patah semangat.

Tapi Semakin ia tumbuh, ia selalu kehilangan motivasi nya, Max menjadi serigala yang selalu bersedih seperti tidak ada tujuan hidup.

Suatu pagi Max terbangun dari tidurnya, ia mendengar suara yang menghantam gendang telinganya. 

“Hey max! bangun lah cepat kau akan terlambat bertemu guru” ucap seekor serigala betina yang sudah lumayan tua.

“Iya ibu, aku akan segera bersiap” serigala betina itu adalah Molly, ibu dari Max.

“Bagaimana kau ini!"

Katanya kau ingin seperti mendiang ayahmu, ayahmu itu dulu seorang pemimpin Max! dia selalu rela berkorban untuk rakyatnya!

Sedangkan kau, lihatlah kau hanya selalu bermalas-malasan!” oceh Molly.

Max yang mendengar ocehan dari ibunya hanya bisa terdiam dan mengerutu kesal. ‘Mengapa ibu selalu memarahiku? apa dia membenciku?

Kenapa aku tidak bisa seperti mendiang ayah?’ ucap Max dalam batinnya, ia selalu merasa tidak berguna. 

Max sampai ditempat pelatihannya dan bertemu dengan serigala-serigala yang lain.

“Hai Max, kau tampaknya sedang kesal ya?” ucap salah satu teman Max yaitu orion.

“Aku sedang tidak ingin bercerita orion, maafkan aku” ucap max melewati begitu saja orion. Latihan pun dimulai, dipimpin oleh sang guru yang biasa dipanggil ‘master’.

Mereka kali ini diberi perintah untuk berlatih bertarung melawan musuh, dengan dikelompokkan berpasang-pasangan, Max berniat akan mengajak Orion menjadi partnernya. “Orion, mari sekelompok” ajak Max.

“Maaf Max, aku sudah satu tim dengan Saga” jawab Orion menyesal. “baiklah…” jawab Max kecewa.

“Apakah Orion marah denganku? Apa tadi pagi aku terlalu ketus? Apa orion membenciku?’ ucap Max dalam batinnya.

Akhirnya Max setim dengan Angka, seekor serigala yang dijauhi oleh serigala lainnya karena sifatnya yang terlalu manja membuat serigala lain malas berteman dengannya. 

“Orion dan saga silakan..” ucap sang Master memerintah mereka untuk maju ketengah lapangan.

Orion dan Saga mulai bergulat. “wah bagus sekali Orion..” puji sang master terkagum melihat gerakan menyabotase Orion yang sangat baik.” Sekarang Max dan Angka silahkan” ucp sang master lagi. Max segera melakukan pergerakan gulatnya. 

Ditengah perlatihan Max sedikit melakukan kesalahan yang membuat dirinya terkalahkan oleh angka.

“Max saya lihat kemampuan mu semakin turun? Kamu memiliki masalah?” ujar sang master. “Maaf master saya agak tidak focus” jawab Max menundukan kepalanya.

“Pesan saya untuk kamu Max, janganlah membawa perasaan pribadi di arena gulat, atau kamu akan terkalahkan oleh lawanmu” ucap sang master menasehati Max.

Max hanya meng-iyakan saja walaupun didalam hatinya ia sudah merasa sangat rapuh karena ia merasa sangat tidak berguna.

Baca juga:

Panggilan Untuk Pak Ang


Max akhirnya pulang dari pelatihannya, tetapi ia sampai di goa tempat tinggalnya sedikit terlambat karena tadi ia tertidur sebentar ditepi sungai. 

“Max! mengapa kau terlambat, pasti kau abis bermain hingga lupa waktu!” oceh Molly.

Max yang mendengar ocehan sang ibu hanya menunduk, ia merasa orang-orang membencinya.

“Ya sudah, sana kau tidur besok aka nada pelatihan lagi bukan?” ujar Molly. 

Tengah malam Max terbangun dari tidurnya, ia merasa sedih karena sepertinya orang-orang membenci dia.

Dia pun berjalan keluar dengan mengendap-ngendap berniat agar tidak membangunkan sang ibu, ia takut sang ibu akan mengoceh lagi. 

Ia melihat ke atas, melihat indahnya purnama yang bersinar. Ia sudah tak tahan membendung air matanya lagi. Air matanya pun lolos mengalir dari mata tajamnya yang mungkin orang-orang akan takut melihat tatapannya.

Tetapi tidak, ia tidak bias segagah itu. Ia juga memiliki perasaan. Max mengaum untuk melepaskan segala keluh kesahnya ‘mengapa aku memiliki banyak sekali masalah?’ ujar max dalam hatinya.

Tak lama ia melihat seekor serigala berjalan kearahnya. Itu Orion. Max dengan cepat berhenti mengaum dan mengelap matanya yang basah. 

“Orion sedang apa kau disini?” tanya max penasaran. Waktu malam biasanya di pakai para serigala untuk mencari mangsa. 

“Aku mendengar suara mu Max, makanya aku kesini. Sepertinya kau sedang bersedih?” Ujar orion dengan lembut.

“Bukankah kau marah denganku orion?” tanya max. “aku tak pernah marah denganmu Max” jawab orion meyakinkan.

“oh maaf, aku telah berprasangka buruk padamu, aku memang teman yang jahat” ucap Max menyalahkan dirinya sendiri. “max jangan seperti itu, kau teman yang baik. Mengapa akhir-akhir ini kau terlihat murung?” tanya orion bersimpati. “aku merasa tidak berguna, aku juga merasa orang-orang membenciku.

Ibuku sepertinya tidak menginginkanku ia selalu berteriak kepadaku. Selain itu, aku sangat buruk saat pelatihan. Aku sangat tidak berguna” jawab Max bersedih.

“jangan bicara seperti itu max, mungkin ibumu hanya ingin yang terbaik untukmu. Dan master tadi memberi mu nasehat agar kau bias menjadi lebih baik” jawab orion menasehati Max.

Baca juga:

Kisah Ayah dan Anak Mencari 'Surga'


“Kau benar Orion.. aku salah” jawab Max menyesal. “jangan pernah salahkan dirimu Max, mungkin kamu terlalu memikirkan orang lain, mulailah pikirkan dirimu sendiri Max. orang lain tidak ada yang membenci mu Max” jawab Orion dengan senang.

“ya sudah Max, mungkin kamu butuh waktu sendiri, aku akan kembali berburu dengan ayahku” setelah mengucapkan kalimat itu Orion meninggalkan Max. 

Orion benar, tak seharusnya ia menyimpulkan perasaan orang lain kepada dirinya. Dirinyalah yang membuat seakan-akan semua orang membencinya. Pikirannya lah yang membuat seolah-olah ia tidak berguna.

Jadi selama ini masalah yang ia punya hanyalah pola pikirnya yang buruk.


Penulis: Farah Alexandra Disanova, Pecinta Sastra