5 Sunnah Para Nabi Terdahulu yang perlu Dicermati

 

5 Sunnah Para Nabi Terdahulu yang perlu Dicermati

Syahadat.id - Ajaran Para Nabi terdahulu membawa misi kebaikan untuk manusia dan alam semesta. Salah satunya adalah agar menjaga kebersihan diri dari kotoran maupun jiwa serta penampilan yang kurang menarik. Dari sini, Agama sebagai ajaran yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi agar manusia mendapatkankan kemuliaan di dunia dan akhirat, terutama akan kebersihan lahiriah seperti anggota badan, pakaian maupun tempat. Begitu juga kebersihan batiniah berupa kesucian hati dari segala macam penyakit yang selalu menggerogotinya seperti sifat sombong, ujub atau bangga dengan amal kebaikan, pamer dalam beribadah dan lainnya.

Nabi Ibrahim sebagai panutan para Nabi  dalam urusan  ibadah memberikan suri tauladan yang baik kepada umatnya. Beliau termasuk orang yang pertama diperintahkan untuk berkhitan untuk menjaga kesucian diri agar terhindar dari berbagai macam penyakit.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “الفطرة خمس، أو خمس من الفطرة: الختان، والاستحداد، وتقليم الأظفار، ونتف الإبط، وقص الشارب” متفق عليه

Artinya:”Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: Lima hal ini termasuk fitrah (sunnah para Nabi  terdahulu). Pertama, Khitan. Kedua, Mencukur bulu kemaluan. Ketiga, memotong kuku. Keempat, mencabut bulu ketiak. Kelima, mencukur kumis. (Muttafaq Alaihi).

kesucian diri


Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa  lima hal diatas termasuk Sunnah para Nabi terdahulu yang masih diakomodir oleh islam dan sangat relevan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi pribadi yang suci dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Dari sini, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjaga penampilan dan kebersihan karena hal itu menjadi kesempurnaan iman seseorang.

Salah satu cara untuk mensucikan diri dari hadas kecil dengan menggunakan air suci dan yang mensucikan terhadap anggota badan yang telah ditentukan oleh syariat agama.

Ada beberapa tujuan pokok (Maqasid) dari perintah untuk selalu berwudhu.

Pertama, Penanda orang baik di akhirat kelak. Hal ini sesuai hadist Nabi Muhammad SAW,

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “إن أمتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من آثار الوضوء فمن استطاع منكم أن يطيل غرته، فليفعل” متفق عليه

Diriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya umatku kelak pada hari kiamat akan dipanggil dalam keadaan muka, tangan, kakinya bersinar dari bekas air wudhu. Maka barangsiapa yang mampu memperpanjang sinarnya maka lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, Wudhu bisa menghapus dosa. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW,

وعن عثمان بن عفان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من توضأ فأحسن الوضوء، خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره” رواه مسلم.

Artinya: Diriwayatkan dari Usman bin Affan RA berkata: Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa berwudhu kemudian memperbaiki wudhunya maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari jasadnya bahkan yang keluar dari bawah kukunya. (HR.Muslim).



Ketiga, terbukanya Surga untuk dirinya terutama bagi orang yang setelah wudhu berdoa terlebih dahulu seperti dalam hadits Nabi Muhammad SAW,


عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “ما منكم من أحد يتوضأ فيبلغ أو فيسبغ الوضوء ثم يقول: أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، إلا فتحت له أبواب الجنة الثمانية يدخل من أيها شاء” رواه مسلم

Artinya: Diriwayatkan dari Umar bin Khattab RA, Nabi bersabda:”Tidaklah seseorang dari kalian berwudhu kemudian menyempurnakannya dan membaca: aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dzat yang tiada menyekutukan-Nya dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya maka dibukakan untuknya delapan pintu surga sesuai yang ia kehendaki. (HR. Muslim).

Dari penjelasan ini dapat dipahami sebagai seorang mukmin harus menggali hikmah dari segala yang diwajibkan seperti perintah berwudhu, Khitan. Mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur kumis agar pemahamannya semakin bertambah dan bermakna serta bertambah yakin bahwa Allah dzat yang maha bijaksana.

Moh Afif Sholeh