Imam Junaid Al Baghdadi dan 10 Ajaran Tasawufnya

 

Imam Junaid Al Baghdadi dan 10 Ajaran Tasawufnya

Syahadat.id - Di dunia Islam dikenal banyak pakar disiplin keilmuan, ada yang ahli fikih yang pakar dalam urusan hukum-hukum seputar permasalahan ibadah, muamalah dan lainnya. Ada juga yang ahli dibidang akidah(teolog) atau disebut al-Mutakkalimin yang pakar dalam urusan keyakinan, keimanan tentang sifat Tuhan, kenabian, maupun hari akhir. Ada juga yang pakar dalam bidang akhlak yang sering dikaitkan dengan ilmu Tasawuf.

Untuk mendapatkan keuntungan di dunia dan akhirat, manusia harus mempunyai keyakinan yang benar akan adanya Allah sebagai Tuhan semesta alam yang tak sama dengan makhluknya. Setelah keyakinannya kuat, ia harus menjalankan perintah-Nya sesuai yang telah diajarkan oleh Nabi-Nya. Dan akan lebih sempurna bila selalu dihiasi dengan akhlak yang baik dalam segala lini kehidupan.


Baca juga:


Salah satu ulama’ yang terkenal dalam bidang ilmu tasawuf adalah imam Junaid. Ia dilahirkan di Irak pada tahun 220 H dan meninggal pada tahun 297 H. Orangtuanya bekerja sebagai penjual kaca.

Menurut Imam Qusyairi dalam risalahnya menjelaskan bahwa imam Junaid seorang ahli fikih yang mengikuti madzhab imam Abi as-Tsaur dan sudah memberi fatwa dalam usia 20 tahun. Diantara guru-gurunya adalah as-Sirri as-Siqti (160 -251 H), al-Haris al-Muhasibi (170 – 243 H).

Suatu ketika Imam Junaid ditanya tentang tasawuf. Kemudian, Ia menjelaskan bahwa isi kandungan dari tasawuf ada 10 hal.

التقلل من كل شيء من الدنيا عن التكاثر فيها

Pertama, Tak tergila atau terlena akan gemerlapan dunia.

والثاني: اعتماد القلب على الله عز وجل من السكون إلى الأسباب

Kedua, Meyakinkan hati untuk selalu berpegang teguh kepada Allah dengan tenang.

والثالث: الرغبة في الطاعات من التطوع في وجود العوافي

Ketiga, senang melakukan ketaatan saat masih diberikan kesehatan.

والرابع: الصبر عن فقد الدنيا عن الخروج إلى المسألة والشكوى

Keempat, Sabar ketika sedang mengalami krisis ekonomi dengan tidak meminta atau mengeluh kepada orang lain.

والخامس: التمييز في الأخذ عند وجود الشيء

Kelima, Memiliki kehati-hatian dalam mengambil sesuatu tindakan.

والسادس: الشغل بالله عز وجل عن سائر الأشغال

Keenam, Selalu menyibukkan diri kepada Allah daripada kegiatan lain.

والسابع: الذكر الخفي عن جميع الأذكار

Ketujuh, Berdzikir secara sirr (rahasia) dibandingkan dzikir yang lain.

والثامن: تحقيق الإخلاص في دخول الوسوسة


Kedelapan, mewujudkan keikhlasan saat waswas mulai menjangkiti diri.

والتاسع: اليقين في دخول الشك

Kesembilan, Memiliki keyakinan saat keraguan mulai menghampiri diri.

والعاشر: السكون إلى الله عز وجل من الاضطراب والوحشة

Kesepuluh, Merasakan ketenangan bersama Allah serta dijauhkan dari hal-hal yang menggelisahkan hati.

Bila dalam diri seseorang belum ada hal-hal diatas dan mengaku ahli tasawuf maka kredibilitas dirinya akan dipertanyakan.


Oleh: Moh Afif Sholeh

(Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta)