Manusia Terhalang kepada Tuhannya, Ini 7 Penyebabnya

Manusia Terhalang kepada Tuhannya, Ini 7 Penyebabnya


Syahadat.id - Dalam diri manusia terdapat penghalang atau hijab untuk sampai kepada tingkatan yang tinggi yaitu dekat dengan Allah sebagai penciptanya. Hal ini terjadi karena banyak rintangan dan ujian yang dihadapi oleh manusia baik dari faktor internal misalnya keinginan yang berlebihan dalam bersikap dan berprilaku yang dimotori oleh nafsunya juga dari faktor internal yaitu pengaruh lingkungan atau dari bisikan syaithan.

Dalam kitab Mausuah Al-Kisanzan mengutip pendapat Imam Sahal bin Abdillah al-Tusturi, ia pernah  mengungkapkan bahwa dalam diri manusia terdapat tujuh penghalang (hijab) antara dirinya dan Tuhannya.

Pertama. Akal. Berkat akal manusia, ia terlalu menyibukkan diri dalam mengatur urusan dunia yang berupa harta, tahta, wanita, toyota sehingga seringkali ia lupa akan kewajiban yang berkaitan dengan Allah SWT.

Kedua. Ilmu yang ia miliki seringkali menjadikan seseorang merasa bangga, merasa lebih pintar, lebih hebat terhadap teman maupun lawan sehingga hal ini  menjadikan  dirinya hina dihadapan Allah dan makhluk-Nya.

Ketiga. Hati manusia seringkali lupa kepada penciptannya sehingga hati memerintahkan kepada seluruh badan untuk melaksanakan sesuatu bukan karena Allah tetapi untuk tujuan hal lainnya.


Hati manusia


Keempat Rasa takut yang ada pada dirinya menjadikan dirinya tak berkutik, selalu dirudung kekhawatiran sehingga ia tak berbuat apapun. Sungguh hal ini sangat merugikan dirinya sendiri.

Keliama. Nafsu yang ada pada dirinya menjadi faktor utama seseorang menjadi gagal dalam hidupnya, terutama bila nafsu selalu menguasai dirinya tanpa adanya perlawanan. Cara melawannya dengan tak mengikuti segala bisikannya serta tak terkech tipu manisnya.

Keenam. Keingingan atau cita-cita yang tinggi akan urusan dunia akan mengalahkan segala-galanya, berapa banyak orang rela bunuh membunuh gara-gara urusan wanita atau harta.

Ketujuh. Kehendak diri untuk selalu melakukan hal yang berdosa dan berdampak buruk bagi dirinya karena pada prinsipnya surga atau kedudukan yang mulia harus melakukan hal yang tak enak, disaat orang sedang tidur, ia harus bangun untuk shalat. Disaat orang-orang makan enak ia malah berpuasa. Berbeda dengan amalan yang menjadikan kita hina sangat mudah dan tak terasa berat karena ia merasa menikmatinya dan selalu dimotivasi nafsu dan syaithan sehingga selalu terasa manis dan indah.

Baca juga:

Dari penjelasan ini, tujuh penghalang ini sebaiknya dihindari dengan cara selalu belajar dan berusaha dengan maksimal serta tak mengikuti ajakan dari hawa nafsu yang menjadikan kehidupan kita nanti menjadi tak bermutu dan lesu.


4 Penghalang Manusia Menurut Imam Al Ghazali

Sedangkan Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin menjelaskan tentang empat penghalang yang selalu menjadi kendala bagi manusia dalam menjalankan ibadah.

Pertama. Urusan dunia. Ini menjadi kendala utama yang seringkali seseorang lupa bahkan malas dalam menjalankan kewajiban, misalnya shalat. Banyak orang meninggalkan shalat Shubuh dengan dalih bangun kesiangan. Saat shalat Dzuhur tiba, ia berargumen sedang kerepotan dalam bekerja. Saat Ashar datang, ia sibuk persiapan pulang kerja. Ketika waktu shalat Maghrib masuk, ia dalam perjalanan. Dan pada akhirnya shalat Isya ditinggalkan gara-gara ketiduran. Ini realita yang terjadi, manusia sibuk dengan pekerjaan sampai melupakan kewajiban.


4 Penghalang Manusia Menurut Imam Al Ghazali



Kedua. Urusan dengan manusia. Seseorang kadang menghalalkan segala cara demi mencukupi kebutuhan keluarga baik istri maupun anak, bahkan rela meninggalkan urusan ibadah demi mengejar keinginan mereka.

Ketiga. Syaitan. Ia merupakan makhluk yang berusaha dengan berbagai cara agar manusia tersesat jalannya, terutama agar jauh dari Tuhannya, lebih-lebih dalam urusan ibadah. Ia sangat senang bila manusia menjadi penghuni neraka bersama dirinya.

Baca juga:


Keempat. Hawa nafsu dalam diri manusia selalu mengarahkan kepada hal-hal kejahatan, keburukan. Bila manusia selalu menuruti hawa nafsunya niscaya ia akan menjadi orang yang merugi di dunia dan akhirat.

Keterangan yang telah dipaparkan oleh Imam Al-Ghazali diatas sebaiknya dijadikan peringatan diri kita agar lebih waspada dan berhati-hati dalam menghadapinya karena rintangan ini tidak untuk ditakuti tetapi harus dihadapi dengan ilmu dan keyakinan yang matang sehingga ibadah semakin bermakna dan membawa pengaruh yang positif bagi dirinya dan sekitarnya.

Moh Afif Sholeh, Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta