Lebih Utama Adzan atau Menjadi Imam dan 10 Syarat sebagai Muadzin

 

Lebih Utama Adzan atau Menjadi Imam dan 10 Syarat sebagai Muadzin

Syahadat.id - Allah memang Maha Adil, akan memberikan pahala kepada orang yang taat kepada-Nya serta mengancam siksaan kepada orang menentang perintah-Nya.

Pahala yang dijanjikan tak akan dikurangi sedikit pun, serta ia akan memberikan pahala sebatas yang ia kerjakan. Dari sini timbul pertanyaan tentang lebih utama mana mengumandangkan Adzan sebagai pengingat masuknya waktu Shalat atau Menjadi Imam Shalat?

Dalam kitab Al-Adzkar, Imam Nawawi menjelaskan,


ﻭاﺧﺘﻠﻒ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻓﻲ اﻷﺫاﻥ ﻭاﻹﻣﺎﻣﺔ، ﺃﻳﻬﻤﺎ ﺃﻓﻀﻞ؟ ﻋﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻭﺟﻪ: اﻷﺻﺢ: ﺃﻥ اﻷﺫاﻥ ﺃﻓﻀﻞ، ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ: اﻹﻣﺎﻣﺔ، ﻭاﻟﺜﺎﻟﺚ: ﻫﻤﺎ ﺳﻮاء، ﻭاﻟﺮاﺑﻊ: ﺇﻥ ﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﻧﻔﺲ اﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑﺤﻘﻮﻕ اﻹﻣﺎﻣﺔ، ﻭاﺳﺘﺠﻤﻊ ﺧﺼﺎﻟﻬﺎ؛ ﻓﻬﻲ ﺃﻓﻀﻞ، ﻭﺇﻻ ﻓﺎﻷﺫاﻥ ﺃﻓﻀﻞ


Ada perselisihan seputar Adzan dan menjadi Imam Shalat, mana yang lebih utama?
Dalam hal ini ada empat pendapat. Pertama, Adzan lebih utama. Kedua, Menjadi Imam lebih utama. Ketiga, Keduanya sama pahalanya. Keempat, Jika seorang Imam Shalat mengetahui Syarat, Rukun yang telah ditentukan maka menjadi Imam lebih utama, jika seorang Imam tak mengetahuinya maka Adzan lebih Utama.


baca juga:


Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Adzan maupun menjadi Imam Shalat keduanya merupakan amal perbuatan yang baik dan harus ditempatkan sesuai porsinya masing-masing. Keduanya  perlu memperhatikan syarat-syarat dan rukun-rukunnya yang telah ditetapkan oleh Agama agar mendapatkan pahalanya.


10 Syarat Yang Harus dipenuhi Seorang Muadzin


Adzan merupakan tanda  masuknya waktu shalat. Orang  yang adzan disebut Muadzin. 


Menurut Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin menjelaskan  bahwa ada 10 syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Muadzin yaitu:


ﺃﻭﻟﻬﺎ: ﺃﻥ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻴﻘﺎﺕ اﻟﺼﻼﺓ ﻭﻳﺤﻔﻈﻬﺎ.


Pertama, Harus mengetahui waktu-waktu shalat dan selalu menjaganya.


ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ: ﺃﻥ ﻳﺤﻔﻆ ﺣﻠﻘﻪ ﻓﻼ ﻳﺆﺫﻱ ﺣﻠﻘﻪ ﻷﺟﻞ اﻷﺫاﻥ.


Kedua, Menjaga tenggorokannya, jangan sampai menjadi sakit gara-gara Adzan.


ﻭاﻟﺜﺎﻟﺚ: ﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻏﺎﺋﺒﺎ ﻻ ﻳﺴﺨﻂ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺃﺫﻥ ﻓﻲ ﻣﺴﺠﺪﻩ.


Ketiga, bila ia berhalangan maka ia tak boleh marah kepada orang yang adzan di Masjid itu.


ﻭاﻟﺮاﺑﻊ: ﺃﻥ ﻳﺤﺴﻦ اﻷﺫاﻥ، 


Keempat, Ia melantunkan Adzan dengan baik.


ﻭاﻟﺨﺎﻣﺲ: ﺃﻥ ﻳﻄﻠﺐ ﺛﻮاﺑﻪ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ، ﻭﻻ ﻳﻤﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎﺱ.


Kelima, untuk mencari pahala dari Allah, bukan mengharapkan pemberian orang lain.


ﻭاﻟﺴﺎﺩﺱ: ﺃﻥ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﻳﻨﻬﻰ ﻋﻦ اﻟﻤﻨﻜﺮ ﻭﻳﻘﻮﻝ اﻟﺤﻖ ﻟﻠﻐﻨﻲ ﻭاﻟﻔﻘﻴﺮ.


Keenam, Ia harus berani memerintahkan  kebaikan (amar makruf) juga mencegah perbuatan yang Munkar,  serta  berani mengatakan kebenaran kepada yang kaya dan yang fakir.


ﻭاﻟﺴﺎﺑﻊ: ﺃﻥ ﻳﻨﺘﻈﺮ اﻹﻣﺎﻡ ﺑﻘﺪﺭ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺸﻖ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﻮﻡ.


Ketujuh, Muadzin harus menunggu imamnya sampai batas waktu yang tak terlalu memberatkan jamaahnya.


ﻭاﻟﺜﺎﻣﻦ: ﺃﻥ ﻻ ﻳﻐﻀﺐ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺃﺧﺬ ﻣﻜﺎﻧﻪ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ.


Kedelapan, tak boleh marah bila sudah ada orang yang telah menggantikan adzan di masjid itu.


ﻭاﻟﺘﺎﺳﻊ: ﺃﻥ ﻻ ﻳﻄﻮﻝ اﻟﺼﻼﺓ ﺑﻴﻦ اﻷﺫاﻥ ﻭاﻹﻗﺎﻣﺔ.


Kesembilan, tak memanjangkan shalat antara adzan dan Iqamah.


ﻭاﻟﻌﺎﺷﺮ: ﺃﻥ ﻳﺘﻌﺎﻫﺪ ﻣﺴﺠﺪﻩ ﻓﻴﻄﻬﺮﻩ ﻣﻦ اﻟﻘﺬﺭ ﻭﻳﺠﻨﺐ اﻟﺼﺒﻴﺎﻥ ﻋﻨﻪ


Kesepuluh, berupaya menjaga kebersihan masjid dari kotoran serta mengatur agar anak-anak tak berisik di masjid.


Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa seorang Muadzin harus mengetahui waktu shalat, serta selalu berprilaku yang baik kepada siapapun.


Oleh: Moh Afif Sholeh