Maqasid Syariah menurut Izzuddin bin Abdussalam

 

Maqasid Syariah
Maqasid Syariah menurut Izzuddin bin Abdussalam


Syahadat.id - Seorang filosof muslim yang bernama Ibnu Rusd pernah mengeluarkan pernyataan dalam karya beliau yang berjudul Fash Almaqal tentang tujuan dari Syariat Islam yaitu mengajarkan ilmu al Haq, dan mengamalkan yang haq.

Pengertian dari ilmu al Haq adalah makrifat kepada Allah SWT dengan mengetahui lebih dekat tentang-Nya, melalui penciptaan yang ada di jagad raya, serta memahami Sifat sifat-Nya supaya manusia mengetahui kewajiban yang harus ia kerjakan untuk mencapai keberuntungan yang abadi. 

Sedangkan Amal yang Haq adalah mengerjakan perbuatan yang sesuai perintahNya, maupun menjauhi larangan-Nya, ada 2 kategori:

Pertama, berupa amalan yang dilakukan anggota badan dan ilmu yang mempelajari hal ini disebut ilmu fikih.

Baca juga: 

Kedua, amalan yang dilakukan oleh hati manusia, misalnya tentang sabar, ikhlas dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari tentang masalah ini disebut ilmu Tasawuf.

Dalam upaya penerapan Syari’at, Allah SWT mengirim seorang Nabi maupun Rasul dengan diperkuat oleh sebuah kitab suci untuk menuntun Umatnya dari kegelapan tentang Hakikat hidup di dunia, serta mengenalkan tentang konsep Tauhid yaitu percaya akan adanya satu Tuhan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan. 

Dan inti dari Syariat Islam tidak lain adalah untuk menegakkan keadilan untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, serta tercapainya keadilan dalam berbangsa dan bernegara.

Ajaran Syariat Islam ada yang bisa dicerna oleh akal fikiran manusia, seperti dalam masalah Muamalah atau berkaitan tentang hubungan dengan manusia, hal ini menyesuaikan situasi kondisi, atau ada maslahat di dalamnya.

Adapun dalam urusan ibadah semuanya dikembalikan ke Allah dan Rasulnya (تعبدي) yang menuntun tata cara ibadahnya.

Menurut Dr Arraisuni menyatakan bahwa segala ajaran syariat islam selalu membawa tujuan dan maslahat untuk manusia, baik urusan dunia maupun akhirat. 

Maka hendaknya manusia selalu menggali tujuan hidupnya kembali supaya selalu dalam koridor yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya.

Maqasid Syariah menurut Izzuddin bin Abdussalam

Izzuddin bin Abdussalam dikenal sebagai Sultan Ulama mengajarkan kepada kita akan banyak hal terutama cara memandang sebuah permasalahan harus dilihat dari kebaikan (Maslahat) dan keburukan (Mafsadat).

Maqasid Syariah menurut Izzuddin bin Abdussalam
Izzuddin bin Abdussalam


Lebih lanjut, ia membuat kategori kebaikan yang harus menjadi prioritas untuk dilakukan. Hal ini sesuai pernyataannya dalam kitab al-Fawaid di Ikhtisar al-Maqasid:

ﻳﻘﺪﻡ ﺣﻔﻆ اﻷﺭﻭاﺡ ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻆ اﻷﻋﻀﺎء ﻭﺣﻔﻆ اﻷﻋﻀﺎء ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻆ اﻷﺑﻀﺎﻉ ﻭﺣﻔﻆ اﻷﺑﻀﺎﻉ ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻆ اﻷﻣﻮاﻝ ﻭﺣﻔﻆ اﻟﻤﺎﻝ اﻟﺨﻄﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻆ اﻟﻤﺎﻝ اﻟﺤﻘﻴﺮ ﻭﺣﻔﻆ اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻣﻘﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻆ اﻟﻨﻮاﻓﻞ ﻭﺣﻔﻆ ﺃﻓﻀﻞ اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻆ ﻣﻔﻀﻮﻟﻬﺎ ﻭﻳﻘﺪﻡ ﺑﺮ اﻷﺑﺮاﺭ ﻋﻠﻰ ﺑﺮ اﻟﻔﺠﺎﺭ ﻭﺑﺮ اﻷﻗﺎﺭﺏ ﻋﻠﻰ ﺑﺮ اﻷﺟﺎﻧﺐ ﻭﺑﺮ اﻟﺠﻴﺮاﻥ ﻋﻠﻰ ﺑﺮ اﻷﺑﺎﻋﺪ ﻭﺑﺮ اﻵﺑﺎء ﻭاﻷﻣﻬﺎﺕ ﻭاﻟﺒﻨﻴﻦ ﻭاﻟﺒﻨﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻣﻦ ﺳﺎﺋﺮ اﻟﻘﺮاﺑﺎﺕ ﻭﺑﺮ اﻟﻀﻌﻔﺎء ﻋﻠﻰ ﺑﺮ اﻷﻗﻮﻳﺎء ﻭﺑﺮ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻋﻠﻰ ﺑﺮ اﻟﺠﻬﺎﻝ

Pertama, Menjaga Nyawa agar tak hilang lebih didahulukan daripada menjaga anggota badan.

Kedua, Mendahulukan menjaga anggota badan daripada menjaga kemaluan.

Ketiga, Menjaga kemaluan lebih didahulukan daripada menjaga harta benda.

Keempat, Menjaga harta benda prioritas lebih diutamakan daripada harta benda penunjang.

Kelima, Menjaga kewajiban atau Fardhu lebih diprioritaskan daripada yang Sunnah.

Keenam, menjaga kewajiban yang harus diprioritaskan lebih diunggulkan daripada kewajiban yang lain.

Ketujuh, Berbuat kebajikan kepada orang baik lebih diutamakan daripada berbuat baik kepada orang yang berbuat kejahatan.

Kedelapan, Berbuat Kebaikan kepada kerabat lebih diutamakan daripada orang lain.

Baca juga: 


Kesembilan, Berbuat baik kepada tetangga dekat lebih didahulukan daripada tetangga jauh.

Kesepuluh, Berbuat baik kepada orang tua dan keluarga harus didahulukan daripada orang lain.

Kesebelas, berbuat baik kepada orang yang membutuhkan lebih diutamakan daripada membantu orang yang tak membutuhkan.

Keduabelas, Berbuat baik kepada Ulama’ lebih didahulukan daripada orang yang tak berpendidikan.

Itulah hal-hal yang penting mendapatkan prioritas sehingga manusia mendapatkan keberuntungan tidak hanya di dunia dan akhirat.